Source: Pinterest

Maaf

Sabrina Zahra
1 min readJul 30, 2023

Panggil aku gila,

Karena aku mengabaikan kenyataan. Sering kali menghiraukan yang ada dalam pandangan.

Anggap yang berlalu buram selalu, juga yang lewat di depan mata hanyalah semu.

Panggil aku bodoh,

Ketika semesta memanggil, aku acap acuh terhadap masa yang miliki peluh.

Ketika air mata tersapu, barulah aku rengkuh.

Panggil aku salah,

Karena rasa bersalahku memang membelenggu. Tak jarang tanggal meluruh dari orang lain.

Panggil aku … apa pun yang kamu mau,

Jika nyatanya begitu. Karena seperti itu mampuku, banyaknya butuh akhirnya tidak mampu aku sentuh.

Panggil aku sesuai cacianmu,

Pikiranmu menenggelamkanmu dari waras. Padahal ada aku di sana, di sampingmu dan sedang baik-baik saja.

Kamu boleh caci maki aku,

Andai dinginnya cuaca segera aku hadang walau hanya berbekal kain tak cukup tebal.

Ada aku di sana, sangat bisa membantumu…

Namun ternyata aku lebih jahat dari pikiranmu.

Aku sangka itu memang inginmu: meluapkan segalanya lewat genangan air.

Lalu aku baru sadar saat sudah tidak ada lagi yang mengalir,

baik dari bola mata indahmu, atau desir kewarasanmu.

Terlebih aku sadar; aku bodoh, gila, jahat dan menyesal,

saat yang aku temui bukan lagi dirimu.

Padahal keadaanku saat itu mampu membantu.

Aku memohon maaf,

Maaf karena aku terlambat.

Maaf, yang sebesar-besarnya.

Aku harap semuanya akan baik-baik saja, terlebih dirimu.

--

--