Aku bisa apa saja!

Sabrina Zahra
2 min readAug 3, 2024

--

Aku banyak bisanya. Aku bisa diam, aku andal memendam. Aku juga tidak asing atas keduanya. Aku bisa mengunci mulut seharian; otakku bilang kalimatku tidak begitu penting untuk dibicarakan. Emosiku sayup-sayup, dan bisa padam dengan sendirinya. Aku bisa meredam amarah, marahku juga tidak jadi apa-apa untuk orang lain. Tidak berpengaruh dan tidak seram.

Aku juga bisa menyemangati diri sendiri. Kalau ingin sesuatu, pasti tidak akan menggebu. Aku percaya akan terkabul dengan sendirinya walau aku tahu semua harus punya upaya. Kalau suatu saat tidak tercapai, ya sudah tidak perlu berpikir bagaimana-bagaimana. Aku terbiasa rela. Aku banyak bisanya!

Aku bisa mengusahakan rencana besar secara diam-diam — tentu saja bukan karena cemas dikritik orang lain. Aku sering melihat peluang, tapi tak jarang juga mundur sebelum perang. Kata Ibuku, menghindari risiko buruk itu bagus. Jadi aku banyak berpikir juga acap berujung melipir.

Pula setiap apa yang aku rasa, sekiranya orang lain lebih pelik masalahnya. Jadi rasanya aku bisa memandang ringan suatu beban. Ketika melangkah di atas batu, aku bermimpi tatakannya selembut air. Aku bisa membayang-bayangi suatu hal sampai terwujud hanya dengan harapan, atau sampai hilang hanya dengan mengabaikan. Aku juga akan bertulus hati sendiri tanpa harus berambisi.

Bagaimana, kemampuan yang ciamik, ya?

Aku pernah dengar: seseorang jadi bisa karena dia terbiasa.

… sepertinya, iya(?) Mungkin aku terbiasa diam, maka aku jadi bisa. Terbiasa tidak apa-apa, terbiasa tidak perlu dan tidak-tidak yang lainnya.

Terbiasa membuat muka jadi baik-baik saja. Terbiasa untuk biasa-biasa saja. Lagi pula, banyak hal yang lebih menarik untuk didengar dan dirasakan dunia.

Aku memberanikan diri menulis di sini. Diam dan tulisanku ini tidak apa-apa, kan? Tidak harus dengan bicara, kan?

--

--